PEMIRA PASAR MALAM
Demokrasi bukanlah persoalan dipilih dan memilih. Demokrasi adalah medan aktualisasi, karena demokrasi mewadahi dialektika dari seluruh pihak terkait untuk menghasilkan solusi dari suatu isu publik yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan.
Demokrasi juga melahirkan perspektif-persepektif baru dari para pembuat kebijakan. Sehingga dalam merumuskan kebijakan untuk acuan dengan moral dan etik yang berlaku, kebijakan yang dihasilkan harus benar-benar berangkat dari standar kebenaran hukum itu sendiri dan harus memperhatikan urgensi dan kemeslahatan mahasiswa sebagai konsituen. Bukan dari intervensi apalagi kepentingan pihak manapun, apabila betul itu telah melanggar nilai-nilai konstitusi.
Kampus dalam hal ini tidak hanya belajar persoalan teori terutama di ruang ruang kelas, tetapi sebagai miniature yang akan menjalan estafet merawat negara, kampus menjadi ranah menifestasi praktik teori demokrasi diruang-ruang kelas, merepresentasikan melalui lembaga-lembaganya yang dengan nama eksekutif, legislatif dan mahasiswa umum sebagai konstituen publik.
Pemira Sarat Anomali
Salah satu perhatian demokrasi mahasiswa di Kampus Universitas Mataram yang saat ini telah menumukan momentumnya kembali, yakni Pemilihan Raya Mahasiswa (PEMIRA). Ini tentunya menjadi pesta besar yang di tunggu-tunggu sekali dalam setahun.
Perhelatan ini tentu dimaksud presiden mahasiswa yang mampu menjadi representasi kemaslahatan publik terlebih khusus mahasiswa di kampus Universitas Mataram. sehingga apa yang di perjuangkan dalam proses pemira ini harus jelas dan betul-betul menjadi refresentasi publik bukan menjadi latar belakang kepentingan pihak tertentu seperti yang kita saksikan pada hari ini.
Kepentingan satu pihak saat ini tentunya menjadi sorotan mendalam terlebih dengan Komisi Pemilihan Raya Mahasiswa (KPRM) yang jelas arah keterpihakannya ke salah satu pasangan calon, tentu ini persoalan yang besar saat ini. KPRM yang seharusnya menjalankan pesta demokrasi dengan adil dan benar kini sudah dalam genggaman kepentingan salah satu pihak, ini tentunya bertentangan dengan etik konstituen yang ada.
Birokrasi Serampangan
Pertunjukan Demokrasi unram yang tidak senonoh diperlihatkan dipublik. Persoalan Pemira Unram yang kian tidak berujung dan penuh intrik. Ini merugikan mahasiswa secara umum sebagai konsituen dirugikan. Dimana Birokrasi unram sebagai penanggung Jawab Pemira!
Wakil Rektor III (WR3) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni sebagai penanggung jawab menyelesaikan persoalan. Seharusnya sebagai pembimbing mahasiswa WR3 mengambil sikap yang adil berdasarkan kepentingan mahasiswa. Malah serampangan mengambil tindakan!
Per 19 maret 2025 Dengan angkuhnya WR3 mendatangani berita acara aklamasi calon ketua dan Sekjen BEM Unram 2025 yang cacat dan sarat kepentingan. Ini mereduksi nilai demokrasi di Universitas Mataram.
Mahasiswa Menjadi Korban!
Banyak pertanyaan kian muncul publik. Beginikah kondisi demokrasi di kampus terbaik di NTB?
Demokrasi dikampus yang seharusnya menjadi percontohan demokrasi bernegara, tetapi menjadi pertontonan aktivitas amoral dan tidak terpuji.
Dari siapa otaknya? Siapa yang melatarbelakangi? Tentu ada yang mengusulkan dan mengintervensi birokrasi. Lalu atas nama siapa? Ini tentunya patut di pertanyakan. Ketakutan yang mendalam adalah ketika persoalan semacam ini tidak diakhiri maka keberlanjutan akan terus ada, peristiwa semacam ini akan terus terulang di tahun-tahun berikutnya dan akan merusak demokrasi. Jangan sampai kita yang kritis mengkoreksi demokrasi bangsa tapi lupa dengan kebobrokan demokrasi kampus.
Pemira Pasar Malam
Pertontonan Sirkus Sudah Dimulai, pintu seolah telah dibuka sehingga kalangan lain butuh tiket untuk masuk yang bertuliskan boleh masuk tapi hanya yang dekat dengan pemilik pasar malam, sehingga semua di pertontonkan dan KPRM memainkan peran dengan artraksi di hadapan banyak penontonnya.
Bergerak menjadi solusi!
Semua kalangan mahasiswa Unram perlu bergerak bareng untuk menyelamatkan Demokrasi unram, ini bukan untuk kita tapi untuk kemaslahatan publik siapa pun pemimpinnya asal berjalan dengan aturan yang benar berdiri di atas etik yang kuat serta memahami prosedur pemilihan dengan baik dia layak dikatakan sebagai pemimpin yang siap menjadi representasi mahasiswa di kampus Uniiversitas Mataram.
0 Comments