BIDIKIN.COM – Penggunaan vape alias rokok elektrik kini semakin nge-tren di kalangan Generasi Z, penggunaan Vape ini semakin mudah di lihat di berbagai tempat, seperti sekolah, universitas, hingga di tempat umum. Tak sedikit dari mereka juga yang sampai menggantungkan vape itu di leher dan menjadikannya seperti aksesori harian.Foto: @rspondokindah co.id
Berdasarkan data dari survei Statista Consumer Insights pada periode Januari-Maret 2023, sekitar 25 persen masyarakat Indonesia dilaporkan pernah menggunakan vape setidaknya satu kali. Angka ini menempatkan Indonesia di atas negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Swiss dalam prevalensi penggunaan vape.
Beberapa pengguna mengaku menggunakan vape sebagai cara untuk meredakan stres dan rasa penat. Selain itu, Vape alias rokok elektrik kerap dianggap sebagai bagian dari gaya hidup modern yang memberikan kesan “keren” di mata sebagian anak muda dan dianggap alternatif yang lebih "baik" dibandingkan rokok konvensional. Namun, benarkah vape lebih aman daripada rokok biasa?
Menurut WHO (World Health Organization), baik rokok maupun vape dalam jangka waktu lama bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh. Hal ini dikarenakan rokok dan vape mengandung zat-zat beracun yang bisa menyebabkan penyakit serius seperti kanker paru dan penyakit jantung. Meskipun vape sering dianggap lebih aman, karena tidak mengandung tar yang berbahaya, tetapi di dalam vape terdapat zat kimia berbahaya lain seperti formaldehida, asetaldehida, dan logam berat dari elemen pemanas. Zat-zat tersebut bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan, gangguan paru-paru, hingga risiko kardiovaskular yang serupa dengan rokok biasa.
Dilansir dari artikel resmi yang di terbitkan oleh Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dokter Aditya Wirawan, Sp.P, Ph.D dan Tutug Kinasih mengatakan nikotin dalam vape terbukti meningkatkan kadar nitrit oksida (NO) yang dihembuskan oleh pemakainya sehingga memicu peradangan saluran pernapasan. Selain itu, aerosol atau asap yang dihasilkan oleh Vape yang mempunyai rasa yang bermacam macam berpotensi menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan bersifat karsinogenik jika mencapai konsentrasi yang cukup tinggi
Bahkan, studi yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat pada tahun 2020 mencatat peningkatan kasus penyakit paru-paru yang dikaitkan dengan penggunaan vape, dikenal dengan sebutan EVALI (E-cigarette or Vaping Use-Associated Lung Injury). Kasus ini banyak menyerang remaja dan dewasa muda yang menggunakan vape secara intensif dalam jangka waktu yang lama.
Studi dan penelitian diatas menunjukkan bahwa hingga saat ini tidak ada penelitian yang bisa membuktikan bahwa Vape lebih aman dari rokok biasa. Keduanya memiliki kandungan zat kimia yang tidak baik bagi tubuh dan bisa menyebabkan penyakit berbahaya seperti kanker dan infeksi saluran paru-paru.
Vape mungkin terlihat modern dan populer, namun sebagai Generasi Z kita harus bijak memilih mana gaya hidup yang benar-benar bermanfaat bagi kita, dan mana yang justru membahayakan kesehatan jangka panjang. Jadi, sebelum memutuskan untuk mengikuti tren, ada baiknya kita bertanya: apakah hal ini benar-benar memberi manfaat kepada kita sendiri dan orang lain, atau hanya sekadar untuk terlihat “keren” sesaat?
Karena pada akhirnya, pilihan untuk menggunakan atau tidak menggunakan vape memang berada di tangan individu. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensinya. Jika generasi muda ingin tetap sehat, produktif, dan berdaya saing, menjaga kesehatan sejak dini adalah langkah penting yang tak boleh diabaikan.
Author: Damar Panuluh
0 Comments