Terkini

Aksi Demonstrasi 1 September Tekan IHSG dan Mayoritas Saham di Lantai Bursa

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini,dibuka melemah 3,5% ke level 7.547,56. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan jual signifikan pada perdagangan pasca-demonstrasi yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia pada Senin, 1 September 2025. Aksi unjuk rasa yang meluas tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar dan investor mengenai stabilitas politik dan keamanan dalam negeri, yang berimbas langsung pada anjloknya mayoritas saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berdasarkan data perdagangan, IHSG dibuka anjlok dan terus berada di zona merah sepanjang sesi perdagangan. Indeks komposit tercatat melemah signifikan lebih dari 3%, merosot tajam ke level di bawah 7.600. Pelemahan ini didorong oleh aksi jual masif yang dilakukan oleh investor, baik domestik maupun asing, yang memilih untuk mengamankan aset mereka di tengah meningkatnya ketidakpastian politik.

Penurunan tajam tidak hanya terjadi pada indeks secara keseluruhan, namun juga melanda hampir seluruh sektor. Sektor perbankan dan keuangan menjadi salah satu yang terdampak paling dalam. Saham-saham bank berkapitalisasi besar atau big caps yang biasanya menjadi penopang utama IHSG, serempak berguguran. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat mengalami penurunan signifikan, bersama dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) yang juga terkoreksi tajam.

Kepanikan investor tecermin dari data di mana lebih dari 600 saham diperdagangkan di zona merah. Analis pasar modal menyatakan bahwa sentimen negatif dari aksi demonstrasi menjadi katalisator utama pelemahan pasar. Gejolak sosial dan politik dianggap sebagai risiko nonsistemik yang dapat mengganggu iklim investasi dan prospek pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga mendorong investor untuk beralih ke aset yang dianggap lebih aman (safe haven).

Pemerintah dan otoritas bursa telah memberikan pernyataan untuk menenangkan pasar. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih solid, ditopang oleh pertumbuhan kuartal II-2025 yang mencapai 5,12% dan tingkat inflasi yang terjaga. Pihak Bursa Efek Indonesia juga menegaskan bahwa kegiatan perdagangan tetap berjalan normal dan mengimbau investor untuk tidak panik serta mengambil keputusan investasi berdasarkan analisis yang rasional.

Meskipun demikian, para pengamat memperkirakan bahwa pergerakan IHSG dalam jangka pendek akan tetap dibayangi oleh perkembangan situasi politik dan keamanan pasca-demonstrasi. Stabilitas yang kembali kondusif menjadi kunci utama untuk memulihkan kepercayaan investor dan mengembalikan IHSG ke tren positifnya.

Author: Luvna Anya Putri

0 Comments


Type and hit Enter to search

Close