![]() |
Kampus Akafarma Sunan Giri Ponorogo (sumber: akafarmaponorogo.ac.id) |
Ponorogo - Sejumlah mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah di Akademi Farmasi (Akafarma) Sunan Giri Ponorogo mengaku hanya menerima bantuan biaya hidup sebesar Rp 300 ribu per semester. Jumlah ini jauh di bawah nominal yang seharusnya mereka terima, yakni Rp 4,8 juta. Sisa dana sebesar Rp 4,5 juta diduga dipotong oleh pihak kampus untuk menutupi biaya perkuliahan.
Praktik pemotongan ini telah berlangsung selama bertahun-tahun dan dilakukan dengan sangat rapi. Kampus beralasan pemotongan dilakukan untuk menambal kekurangan biaya kuliah, Praktik Kerja Lapangan (PKL), praktikum, hingga wisuda. Padahal, untuk semua kegiatan tersebut, mahasiswa juga tetap dibebani biaya.
Seorang narasumber mengungkapkan, praktik ini terorganisasi dengan baik. Bahkan, pada saat pengisian kuesioner daring, mahasiswa diminta oleh salah satu dosen, Yaya Sulthon, untuk memilih jawaban "tidak ada" (potongan) saat ditanya soal pemotongan biaya hidup oleh kampus.
Saat dikonfirmasi, Direktur Akafarma Sunan Giri Ponorogo, Arif, membantah tuduhan ini. Namun, bukti berupa rekaman dan dokumen yang diserahkan oleh narasumber kepada kami, menunjukkan adanya pemotongan dan alasan di baliknya.
Mahasiswa penerima KIP Kuliah seharusnya mendapat dua komponen bantuan, yaitu biaya kuliah yang dibayarkan langsung ke perguruan tinggi dan biaya hidup yang diterima langsung oleh mahasiswa. Dengan adanya praktik pemotongan ini, mahasiswa mengalami kerugian ganda. Mereka tidak hanya kehilangan hak atas biaya hidup yang seharusnya membantu mereka, tetapi juga terpaksa kembali mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan akademik yang seharusnya sudah tercakup.
Kasus ini menjadi ironi, mengingat Akafarma Sunan Giri Ponorogo pernah meraih anugerah kampus terbaik dari LLDikti Wilayah VII pada tahun 2024.
0 Comments