![]() |
Dugaan pemotongan biaya hidup mahasiswa KIP Kuliah oleh Stikes Respati Tasikmalaya (Sumber gambar koropak.co.id) |
Tasikmalaya - Di tengah gegap gempita program
Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah yang digadang-gadang sebagai penyelamat asa
anak bangsa, sebuah praktik yang diduga merugikan mahasiswa terungkap di Stikes
Respati Tasikmalaya. Bantuan biaya hidup yang seharusnya menjadi hak penuh
mahasiswa KIP Kuliah, diduga dipotong oleh pihak kampus untuk menutupi selisih
biaya pendidikan yang tidak terkaver penuh oleh pemerintah.
Investigasi mendalam yang kami lakukan menemukan
fakta mengejutkan dari penuturan seorang mahasiswa KIP Kuliah di Prodi S1
Kesehatan Masyarakat. Ia menceritakan bagaimana biaya hidup yang seharusnya
menjadi hak penuh, kini terpangkas signifikan. Perguruan tinggi melakukan
pemotongan untuk menutupi biaya pendidikan yang totalnya mencapai 7 juta rupiah
per semester, sedangkan dana dari KIP Kuliah hanya menanggung 4 juta rupiah.
Praktik ini
dilakukan secara terang-terangan. Di awal perkuliahan, orang tua mahasiswa KIP
Kuliah dikumpulkan oleh pihak kampus. Dalam pertemuan tersebut, mereka diminta
untuk menandatangani surat pernyataan bermaterai. Dalam surat tersebut, salah
satu poinnya berbunyi "bersedia untuk membayar kekurangan biaya pendidikan
anak saya sebesar 3 juta per semester," secara tidak langsung menjadi alat
legalisasi untuk pemotongan biaya hidup mahasiswa.
Mahasiswa yang menjadi narasumber kami
mengungkapkan bahwa akibat dari pemotongan ini, ia hanya menerima biaya hidup sebesar
1,8 juta rupiah per semester untuk empat semester awal. Angka ini sedikit
membaik di semester 5 hingga 8 menjadi 3,8 juta rupiah, setelah biaya SPA tidak
lagi dibebankan.
"Akibat pemotongan ini, banyak kebutuhan untuk
perkuliahan harus tertunda karena uang KIP tidak mencukupi untuk
membelinya," ungkap mahasiswa tersebut. Ia menambahkan, "Kami tidak
mendapatkan hak yang seharusnya. Jadi lebih banyak beban kepada orang
tua."
Kisah ini memunculkan pertanyaan besar. Apakah
praktik ini sesuai dengan semangat KIP Kuliah yang bertujuan meringankan beban
mahasiswa tidak mampu? Atau sebaliknya, ini adalah celah yang dimanfaatkan
oknum untuk mengambil keuntungan dari program pemerintah?
Kami telah mencoba menghubungi pihak Stikes Respati Tasikmalaya untuk mendapatkan konfirmasi, namun hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi. Kisah ini menjadi alarm bagi pihak terkait untuk mengawasi implementasi program KIP Kuliah, agar cita-cita mulia pendidikan yang merata tidak dikotori oleh praktik-praktik yang merugikan.
0 Comments