Di tengah rutinitas yang padat dan kehidupan digital yang serba cepat, journaling kembali menjadi kebiasaan yang digemari banyak anak muda. Aktivitas sederhana menulis di buku catatan kini berkembang menjadi bentuk ekspresi diri yang lebih mendalam, baik melalui tulisan tangan maupun catatan digital. Banyak orang mulai menyadari bahwa menulis bukan sekadar menuangkan pikiran, tetapi juga cara untuk memahami diri sendiri dan menjaga keseimbangan emosi di tengah hiruk pikuk dunia modern. Dalam setiap goresan pena atau ketikan di layar, ada usaha untuk mengurai perasaan yang rumit dan menenangkan pikiran yang lelah. Kegiatan ini menjadi ruang sunyi di mana seseorang bisa jujur terhadap dirinya sendiri tanpa perlu berpura-pura di hadapan dunia.
Kebiasaan journaling membantu seseorang berhenti sejenak dari arus kehidupan yang terus berlari. Melalui tulisan, seseorang belajar mendengarkan dirinya sendiri, mengenali perasaan yang mungkin selama ini diabaikan, dan memaknai kembali hal-hal kecil dalam keseharian. Dari catatan sederhana tentang rasa syukur, target harian, hingga refleksi pribadi, journaling memberi ruang bagi pikiran untuk bernapas dan hati untuk jujur tanpa takut dihakimi. Dalam prosesnya, seseorang juga belajar untuk lebih sabar dan sadar terhadap setiap langkah yang diambil. Perlahan, kegiatan ini membentuk hubungan yang lebih dalam antara pikiran, perasaan, dan tindakan, sehingga membantu seseorang tumbuh menjadi pribadi yang lebih tenang dan terarah.
Menariknya, di era digital saat ini journaling tidak lagi terbatas pada buku dan pena. Banyak orang memilih menulis di platform digital seperti aplikasi notes, blog pribadi, atau media sosial dengan gaya yang lebih terbuka dan kreatif. Mereka berbagi pengalaman, keresahan, bahkan perjalanan penyembuhan diri melalui tulisan yang jujur dan personal. Fenomena ini menunjukkan bahwa journaling telah berkembang menjadi bagian dari budaya komunikasi modern yang memadukan kejujuran personal dengan kehangatan berbagi. Di sisi lain, munculnya komunitas digital yang saling mendukung melalui tulisan membuat kebiasaan ini terasa semakin hidup dan relevan dengan generasi saat ini. Menulis pun tak lagi sekadar aktivitas pribadi, tetapi juga cara membangun koneksi emosional dengan orang lain yang memiliki keresahan serupa.
Selain menjadi wadah refleksi, journaling juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental. Banyak penelitian menunjukkan bahwa menulis secara rutin dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan fokus, dan menumbuhkan rasa syukur terhadap hidup. Di tengah dunia yang penuh distraksi dan tekanan sosial, kebiasaan ini menjadi cara sederhana untuk kembali terhubung dengan diri sendiri. Melalui setiap halaman yang terisi, seseorang belajar untuk memproses emosi yang kompleks dan menemukan cara baru untuk memahami hidupnya. Tak jarang, kebiasaan ini menjadi bentuk terapi pribadi yang membantu seseorang pulih dari rasa cemas dan lelah yang sering muncul akibat ritme kehidupan modern.
Menulis mungkin tampak seperti kegiatan kecil, namun di balik setiap kata yang tertulis ada proses memahami diri yang lebih dalam. Melalui journaling, setiap orang diajak untuk melambat, menata ulang pikirannya, dan menemukan kedamaian di tengah kesibukan yang tak pernah berhenti. Kebiasaan ini bukan sekadar catatan harian, melainkan perjalanan sunyi yang perlahan menumbuhkan kedewasaan dan ketenangan dari dalam diri. Dengan terus menulis, seseorang belajar bahwa mengenal diri sendiri adalah proses yang tak pernah selesai, namun selalu berharga untuk dijalani dengan penuh kesadaran.
Journalist
: Rahma Aurellia Z.
0 Comments