Karya Indah Sania dan Zabir Mubarak
Kata si tanya,
Bolehkah berkata bahwa aku tidak tertarik dengan
dunia,
Tapi dunia lah yang tertarik padaku?
Dia selalu merayuku untuk berpaling dari akhirat,
Agar aku bisa jatuh cinta padanya.
Dia selalu setia menguntit tatkala aku tengah mengejar
akhirat.
Dia selalu memberi tawaran kebahagiaan tatkala aku
tengah bersusah payah merayu akhirat.
Bolehkah berkata bahwa aku tidak mencintai dunia?
Atau aku saja yang tengah bosan padanya.
Bolehkah berkata bahwa aku jatuh cinta pada akhirat?
Sedang diri masih bergelimang maksiat.
Hey! Beritahu aku!
Pantaskah aku merindukan akhirat? Akankah akhirat
merindukan wanita sepertiku?
Dan bisakah dunia tetap menguntitku tanpa merayu
sedikitpun?
Kata si jawab,
Hai jiwa yang ragu,
Tahukah engkau bahwa dunia adalah debu di atas cermin?
Ia menutupi kilau yang kau cari,
Namun sesungguhnya, ia tak pernah menjadi cahayanya.
Engkau sibuk mengusap,
Padahal cermin itu hanya perlu kau tinggalkan untuk
menatap terang sejati.
Sedang akhirat,
Ia adalah taman yang tak pernah layu,
Namun untuk sampai ke sana,
Engkau harus melewati jalanan penuh duri,
Yang darahnya akan menjadi saksi,
Bahwa kau pernah berjuang demi rindu yang abadi.
Engkau berkata dunia setia menguntitmu?
Ia tak lebih dari bayangan di waktu senja,
Semakin kau berlari darinya, semakin ia mengejar,
Tapi saat malam tiba, ia pun lenyap,
dan hanya akhirat yang menyisakan cahaya.
Engkau bertanya, pantaskah kau merindukan akhirat?
Tidakkah kau sadar, akhirat adalah bait suci yang
terbuka?
Ia tak bertanya seberapa bersih kakimu,
Ia hanya menanti ketulusanmu untuk mengetuk pintunya.
Dan Tuhanmu, Yang Maha Rahman,
Tak pernah memalingkan pandang dari mereka yang
datang,
Meski dengan langkah yang terhuyung.
Hai jiwa yang gelisah,
Dunia ini seperti rintik hujan di tengah perjalanan,
Ia menyegarkan, tapi tak pernah cukup,
Karena tujuanmu adalah langit biru yang terbentang di balik
awan.
Jangan jatuh cinta pada rintik,
Jika pelanginya ada di akhir perjalanan.
Maka, teruslah melangkah,
Biarkan dunia bernyanyi di belakangmu,
Karena akhirat tak pernah lelah menunggumu,
Meski kau datang dengan hati penuh luka.
Bandung, 27 Mei 2025
0 Comments