Baru-baru
ini, media sosial dihebohkan dengan adanya tren S-Line yang menjadi
perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Banyak yang penasaran dengan makna
dan dampak dari tren ini, terutama dalam konteks spiritual dan sosial. Garis
S-Line yang viral di TikTok sebenarnya berasal dari drama Korea terbaru
berjudul "S Line" yang tayang pada 11 Juli 2025. Dalam drama ini,
garis merah di atas kepala karakter utama menjadi simbol penting yang memicu
rasa penasaran penonton.
Menggali Makna Garis S-Line
Dalam
drama korea yang berjudul S-Line, digambarkan sebagai garis merah misterius
yang muncul di atas kepala seseorang, menandakan jumlah hubungan intim yang
pernah dilakukan. Garis ini hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu,
menjadikannya elemen supranatural yang unik dalam alur cerita. Mirisnya garis
ini malah dijadikan tren yang diikuti oleh anak-anak, remaja, hingga kalangan
dewasa muda. Dulu, kata "zina" membuat hati bergetar yang dulunya
aib, kini malah dirayakan. Yang dulu dijaga, kini diumbar dan diviralkan dengan
garis S-Line tersebut. Dan saat ini terjadi di depan anak-anak kita, di usia
mereka yang masih mencari arah, siapa yang akan menjaga nurani mereka? Bukan
tren yang salah tempat, namun justru kitalah yang mungkin hanya diam saat nilai
moral diinjak-injak.
Siapa yang Akan Menjadi Kompas bagi Generasi Berikutnya?
Di
era digital ini, anak-anak dan remaja semakin rentan terhadap pengaruh media
sosial dan internet yang tidak selalu positif. Oleh karena itu, kita sebagai
orang dewasa memiliki tanggung jawab besar untuk membimbing dan mengarahkan
mereka agar tumbuh dengan nilai-nilai yang baik dan sehat. Dengan adanya tren
S-Line yang sedang viral, penting bagi kita untuk memastikan bahwa anak-anak
dan remaja memiliki pemahaman yang tepat tentang cinta, mengawasi pergaulan
mereka agar tidak terjerumus dalam tren yang menyimpang dan pergaulan yang
tidak sehat.
Sebagai
orang tua, kita tidak boleh membiarkan media sosial menjadi guru cinta pertama
mereka dan internet menulis ulang makna kehormatan. Peran kita bukan sekadar
mendidik namun juga menguatkan fitrah, membimbing dengan kasih, dan mengajarkan
bahwa cinta sejati selalu punya batas dan kehormatan. Jika kita tak berbicara
lebih dulu, maka dunia akan lebih dulu memeluk mereka dengan makna yang salah.
Tren S-Line mengaburkan batas antara kasih dan nafsu. Anak dan remaja yang
belum matang secara emosi, belajar mencintai tanpa kehormatan.
Dampak Adanya S-Line
Saat
moral dikaburkan, fitrah anak ikut tergores pelan tapi dalam.
•
Banyak yang mulai melihat bentuk tubuh dan sentuhan fisik sebagai alat
validasi.
•
Banyaknya remaja bahkan kalangan dewasa muda yang menyepelekan.
•
Banyak yang menormalisasikan hubungan sebelum akad.
•
Bilangannya rasa malu.
•
Banyak anak yang kehilangan arah, tak bisa membedakan mana yang seharusnya
dijaga.
Perspektif Islam Mengenai Tren S-Line
Dalam
era digital yang semakin marak penyimpangam, kita harus mengontrol anak. Karena
anak adalah kepercayaan dari Allah yang harus dijaga dengan ilmu, cinta, dan
ketegasan. Ketika dunia luar menormalisasi syahwat dalam bentuk
"tren", maka diamnya kita bisa menjadi kelalaian. Adalah juga tugas
kita untuk membimbing akhlaknya, menjaga fitrahnya, dan menjelaskan mana yang
halal, mana yang haram. Karena hari ini, anak butuh penjaga, bukan hanya
pelindung fisik, tetapi penjaga nilai, kehormatan, dan pengarah hidup mereka.
Allah
Ta'ala berfirman dalam (QS. At-Tahrim: 6)
يٰۤاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ
اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Yâ
ayyuhalladzîna âmanû qû anfusakum wa ahlîkum nâraw wa qûduhun-nâsu wal-ḫijâratu
\'alaihâ malâ\'ikatun ghilâdhun syidâdun lâ ya\'shûnallâha mâ amarahum wa
yaf\'alûna mâ yu'marûn.
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.
Ayat
ini memerintahkan untuk melindungi anggota keluarga kita dari api neraka,
termasuk menjauhkan anak dari tren yang
menyimpang dan menyesatkan.
Cinta dalam Syari'at Islam
Islam
bukanlah agama anti cinta. Karena cinta itu sejatinya fitrah, bukan fitnah yang
akan membawa pada jalan kehinaan. Cinta dalam islam adalah saling menjaga,
melindungi, mengarahkan, membimbing, dan memantaskan. Mirisnya banyak orang
yang merusak orang yang dicintai dengan alasan cinta. Padahal itu sejatinya
bukan cinta namun hanya nafsu belaka yang diatasnamakan cinta.
Allah
berfirman:
"Dan
janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32)
Ini
bukan hanya soal aturan, ini soal kesucian jiwa, kehormatan diri, dan harga
sebuah cinta. Kita harus menanamkan pada anak kita bahwa cinta sejati akan
menunggu dan menjaga. Bukan mengobral janji mengatasnamakan rasa di luar ikatan
yang sah.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa tren S-Line yang sedang viral di media sosial
tidak hanya sekedar fenomena semata, tetapi juga memiliki dampak yang
signifikan terhadap persepsi dan pemahaman generasi muda tentang cinta dan
kehormatan. Oleh karena itu, peran aktif orang dewasa dan orang tua sebagai
pendidik dan pembimbing sangat penting dalam membentuk generasi yang sehat dan
berakhlak mulia, serta memastikan bahwa mereka memiliki nilai-nilai yang baik
dan sehat dalam menjalani hidup. Dengan bimbingan dan perhatian yang tepat,
kita dapat membantu generasi muda menavigasi tren S-Line dan membangun fondasi
yang kuat untuk masa depan yang lebih baik.
Author:
Latif Sonya Makbila
0 Comments