Fenomena cut off orang tua akhir-akhir ini menjadi pembahasan hangat, terutama di kalangan Gen Z. Istilah ini merujuk pada keputusan anak untuk memutuskan hubungan (baik secara emosional maupun fisik) dengan orang tua yang dianggap tidak sehat atau toxic. Meskipun terdengar ekstrem, langkah ini sering diambil demi kesehatan mental dan kesejahteraan diri.
Apa itu Toxic Parent?
Toxic parent adalah orang tua yang memiliki pola asuh tidak sehat dan sering kali merugikan anak, baik secara fisik, emosional, maupun psikologis. Beberapa ciri yang sering ditemukan pada toxic parent meliputi tidak bisa mengontrol emosi, mudah marah dan meluapkan amarah kepada anak, bahkan untuk masalah sepele selalu ingin mengontrol. Orang tua yang tidak memberikan anak ruang untuk mengambil keputusan sendiri. Melakukan kekerasan fisik atau verbal dari tamparan hingga hinaan, tindakan ini meninggalkan luka mendalam. Merasa bersaing dengan anak. Mempermalukan anak atau tidak senang saat anak bahagia.
Mengapa Gen Z Memilih Cut Off?
Generasi Z, yang tumbuh di era digital, cenderung lebih mudah terpapar informasi tentang kesehatan mental dan pentingnya hubungan yang sehat. Banyak dari mereka mulai menyadari bahwa hubungan orang tua-anak tidak selalu harus dipertahankan jika merugikan diri sendiri. Faktor-faktor yang mendorong keputusan cut off, antara lain seperti trauma masa kecil. Pola asuh toxic sering kali meninggalkan luka yang sulit sembuh.
Gen Z lebih memahami pentingnya menjaga diri dari hubungan yang merusak. Dengan adanya dukungan komunitas. Media sosial menjadi tempat berbagi pengalaman dan menemukan solidaritas dari orang-orang yang mengalami hal serupa.
Dampak Memutuskan Hubungan
Keputusan cut off tentu tidak mudah dan memiliki konsekuensi emosional yang besar. Beberapa dampak yang sering dirasakan adalah:
Positif: Anak merasa lebih bebas, mampu fokus pada diri sendiri, dan mulai membangun hubungan yang lebih sehat.
Negatif: Dihantui rasa bersalah, tekanan sosial, atau kehilangan dukungan keluarga.
Cut Off Orang Tua dalam Sudut Pandang Islam
Dalam Islam, orang tua adalah sosok yang harus dihormati. Namun, Islam juga menekankan pentingnya pola asuh yang baik dan adil. Toxic parent adalah orang tua yang pola asuhnya melukai jiwa anak. Padahal agama Islam tegas melarang kekerasan terhadap anak, baik verbal maupun fisik, karena bertentangan dengan nilai kasih sayang. Dalam Islam, orang tua seharusnya menjadi pendukung utama anak, bukan merasa tersaingi. Islam mengajarkan bahwa meskipun orang tua memiliki kekurangan, anak tetap wajib menghormati mereka. Dalam QS. Al-Isra’ [17]:23-24 Allah berfirman:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka, tetapi ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, sayangilah mereka sebagaimana mereka telah mendidikku pada waktu kecil.'"
Ayat ini menunjukkan larangan berkata kasar (ah) atau membentak orang tua, bahkan saat mereka sudah tua dan membutuhkan banyak perhatian. Anak harus tetap berbicara dengan lembut dan penuh rasa hormat.
Islam juga mengakui bahwa hubungan yang penuh kekerasan dan ketidakadilan dapat merusak jiwa anak. Dalam kasus seperti ini, membatasi interaksi atau mencari jalan tengah sering kali lebih dianjurkan dibandingkan cut off total. Al-Qur’an memberikan panduan tentang hubungan orang tua-anak yang baik. Dalam QS. Luqman [31]:14-15
"Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku tempat kembali. Tetapi jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu menaati keduanya, namun pergaulilah keduanya di dunia dengan baik."
Ayat ini menjadi pedoman bahwa meskipun orang tua memaksa anak untuk melakukan hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, anak tetap tidak boleh durhaka. Sebaliknya, ia harus tetap memperlakukan orang tua dengan baik. Seperti halnya nabi Ibrahim yang tidak pernah berlaku buruk pada ayahnya (Azar) meskipun Azar adalah seorang pembuat berhala. Meskipun Azar membenci nabi Ibrahim karena bersyi'ar, namun nabi Ibrahim tak pernah membalas hinaan dan cacian tersebut. Sebaliknya, nabi Ibrahim hanya mendoakan agar ayahnya tersebut mendapat hidayah dari Allah Subhanahu Wata'ala.
Selain itu, Rasulullah bersabda
"Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua." (HR. Tirmidzi).
Hadis ini menegaskan bahwa keberkahan hidup seorang anak sangat bergantung pada bagaimana ia memperlakukan orang tuanya. Bahkan, durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar dalam Islam
Alternatif Selain Cut Off Menurut Panduan Islam
Tidak semua kasus toxic parent harus berakhir dengan cut off. Ada langkah-langkah yang dapat diambil sebelum memutuskan hubungan seperti, Islam mengajarkan keseimbangan dalam menghadapi konflik keluarga. Beberapa alternatif yang bisa dilakukan seperti berdialog dengan hikmah. Dalam QS. An-Nahl [16]:125 mengajarkan untuk berdakwah dengan cara yang baik dan bijak. Anak dapat menyampaikan perasaan mereka dengan tenang dan penuh hormat. Membatasi interaksi, jika hubungan terlalu merusak, anak boleh menjaga jarak untuk melindungi dirinya, tetapi tetap mendoakan orang tua. Mencari solusi melalui nasihat ulama maupun psikolog. Konsultasi kepada tokoh agama atau psikolog Islam untuk mencari jalan keluar yang sesuai syariat.
Berhati-hati dalam Berperilaku
Sebagai anak, kita tetap berkewajiban menghormati orang tua. Meskipun berbeda prinsip, namun Nabi Ibrahim tidak memutuskan hubungan atau bersikap kasar terhadap Azar. Dalam QS. Maryam [19]:46-47, Nabi Ibrahim berbicara dengan penuh kelembutan dan kasih, bahkan saat Azar mengancamnya. Dia berkata, "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu. Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku."
Kisah Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa memutuskan hubungan dengan orang tua bukanlah solusi dalam Islam. Bahkan jika orang tua memiliki sifat toxic. Menjaga perilaku seperti, berbicara dengan lembut dan penuh hormat, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim. Mendoakan mereka, karena doa anak adalah perlawanan dalam diam tanpa harus durhaka bahkan membalas perlakuan mereka.
Kesimpulan
Fenomena cut off orang tua menjadi refleksi dari meningkatnya kesadaran generasi muda akan pentingnya kesehatan mental. Namun, penting bagi kita untuk memahami sebab-sebab orang tua berlaku tegas dengan anak-anaknya. Karena terkadang perilaku anaknyalah yang membuat orang tua murka.
Author: Latif Sonya Makbila
0 Comments