Terkini

SIBER

Foto: dok. Gt.M Solehudin
Author: Gusti Muhamad Solehudin

BIDIKIN.COM – "Lailahaillallah... lailahaillallah..." suara tahlil menggema di seluruh ruangan. Puluhan bapak-bapak berkumpul memanjatkan doa dalam sebuah acara tahlilan di salah satu rumah warga. Sementara itu di dapur, ibu-ibu tengah asyik membicarakan video syur anak SMA yang kini tengah viral.

"Lah kok bisa itu anak-anak, sampai direkam-rekam gitu lho," ucap salah seorang

"Lah iya, apa nggak malu?" sahut ibu yang lain.

"Itu kalau anak saya, hmm... wis tak..." ucap seorang ibu sembari mengepalkan kedua tangannya.

"Amin... Ibu-ibu!" teriak salah satu ibu mengingatkan.

Sontak ibu-ibu lain yang sedari tadi asyik menggunjing langsung bergegas mengangkat kedua tangannya. Doa dipimpin oleh seorang ustaz muda berumur 30 tahunan bernama Hafiz. Hafiz merupakan cerminan pemuda panutan di desanya. Selain memang pintar di bidang agama, dia juga kerap digambarkan sebagai sosok yang ramah dan baik hati. Setelah doa selesai, makanan pun disajikan. Suasana kebersamaan tergambar di antara mereka yang hadir dalam acara tahlilan itu. Ketika acara selesai, saat Hafiz hendak pulang, ia dihampiri oleh seorang remaja yang kebetulan ikut di acara tersebut.

"Bang Fiz," panggilan akrab anak-anak desa kepada Hafiz.

"Eh Doni, kenapa, Don?" tanya Hafiz.

"Anu Bang, besok malam jangan lupa datang ke acara sunatan adik saya. Artisnya cantik-cantik lho, Bang," goda Doni.

"Waduh... siap, Don," jawab Hafiz sambil mengacungkan dua jempolnya.

"Oh iya, Bang Fiz udah lihat belum?" tanya Doni.

"Lihat apa, to?" Hafiz kebingungan.

"Video syur anak SMAAA!" teriak Doni, lalu lari secepat kilat.

"Astagfirullahaladzim," Hafiz menggeleng pelan.

Keesokan malamnya, ketika Ustaz Hafiz sampai di acara sunatan adik Doni, benar saja, ia disambut dengan penampilan tiga penyanyi dangdut berpakaian minim di atas lutut. Melihat itu, Hafiz langsung menjaga pandangannya dan memilih langsung masuk ke rumah Doni. Di dalam, Hafiz memberi selamat pada adik Doni yang sudah disunat, tak lupa memberi sedikit uang sebagai penyemangat.

Saat acara selesai dan hiburan dangdut berakhir, Hafiz memutuskan untuk segera pulang. Di jalan desa yang cukup sepi, diterangi lampu jalan dan cahaya rembulan, Hafiz melihat salah satu penyanyi dangdut tadi berdiri kebingungan di bawah lampu jalan. Ia sesekali menoleh ke kanan dan kiri, mencoba menyalakan motornya yang nampaknya mogok.

"Kenapa, Mbak? motornya mogok, ya?" tanya Hafiz sambil menghampiri.

"Aduh, biasa Mas. motor tua, kadang memang suka ngadat," jawab pedangdut itu.

"Coba saya lihat, Mbak," ucap Hafiz menawarkan bantuan.

Saat mencoba menyalakan motor, kaki Hafiz terluka terkena starter. Melihat Hafiz terluka, pedangdut itu langsung menawarkan untuk mengobatinya.

"Sakit ya, Mas?" tanya si pedangdut sambil mengobati luka Hafiz.

"Perih sedikit Mbak,shh" jawab Hafiz menahan sakit.

"Mbak, maaf sebelumnya. Kerja pakai baju kayak gitu nggak pernah merasa risih atau gimana, gitu?" tanya Hafiz hati-hati.

"Risih sih pernah, Mas. Tapi mau gimana lagi? Cuma ini kerjaan yang bisa kasih makan anak-anak saya," jawab pedangdut itu.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi mereka direkam oleh seorang warga desa yang kebetulan lewat. Posisi Hafiz dan pedangdut itu yang terlihat dekat membuat warga itu salah paham.

Keesokan harinya, video itu sudah menyebar ke berbagai grup WhatsApp warga. Sebagian besar warga desa, khususnya para ibu-ibu, mulai menggunjing Hafiz yang dinilai bermuka dua.

Ustaz Hafiz yang memang belum pernah bersinggungan dengan media sosial, tak tahu dirinya tengah jadi bahan perbincangan hangat satu desa. Sampai suatu sore, di acara pengajian rutin di masjid desa...

Suasana masjid sore itu hening dan khusyuk. Para jemaah, terutama para ibu-ibu, duduk rapat mendengarkan tausiah dari Hafiz yang sedang membahas pentingnya menahan hawa nafsu.

"...maka siapa yang mampu menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya, sungguh ia termasuk orang-orang yang bertakwa," ucap Hafiz penuh keteduhan.

Tiba-tiba seorang pria paruh baya mengangkat tangan dan memotong ceramah.

"Lho, Ustaz saja tidak bisa menahan hawa nafsunya!"

Hafiz terdiam sejenak, lalu menjawab dengan tenang, "Nuwun sewu, Pak. Apa maksudnya njih?"

Seorang ibu ikut menyahut dengan nada tajam, "Itu lho, video Ustaz sama pedangdut itu! Sudah berduaan malam-malam, desah-desahan pula."

"Warga semua sudah lihat, Tad. Di video itu jelas banget."

"Kulo nuwun, saya mendesah karena kesakitan, bukan karena... yang sampeyan pikirkan," jawab Hafiz tetap sopan, meski nadanya sedikit berat.

Suasana masjid seketika tegang. Beberapa orang mulai berbisik, sebagian memilih menunduk, tak nyaman. Hafiz menutup tausiah lebih cepat dari biasanya. Di perjalanan pulang, langkahnya gontai, pikirannya kalut.

Sesampainya di jalan kecil dekat rumah, Doni menyusul dari belakang sambil membawa ponsel di tangannya.

"Astagfirullahaladzim, Doni... ngagetin aja," ujar Hafiz.

"Maaf, Bang. Tapi abang pasti bingung kan soal yang diomongin warga tadi? Nih, coba lihat deh," ucap Doni sembari memutar video yang sedang viral.

Hafiz terpaku menatap layar. "Astaghfirullah... video apa ini? Kok ada abang?"

"Itu yang aku bilang. Video abang sama si Mbak pedangdut, sekarang udah nyebar ke mana-mana," jawab Doni.

"Don, abang di situ kesakitan karena kena starter motor, bukan seperti yang mereka pikirkan," Hafiz mencoba menjelaskan.

"Aku tahu, Bang. Tapi warga dan netizen udah kadung percaya yang buruk."

Sesampainya di rumah, ibu Hafiz menatap anaknya dengan sorot mata cemas. Di tangannya, sebuah ponsel masih menyala dengan tayangan video yang sama.

"Hafiz... ini beneran kamu, to, Nak?"

"Iya, Bu. Tapi Hafiz nggak ngapa-ngapain. Mbak itu cuma nolong Hafiz yang lagi luka."

"Tapi gimana, Le... warga sudah terlanjur percaya."

Malam itu, Hafiz akhirnya membuka akun media sosialnya untuk pertama kali setelah sekian lama. Ia mengetik di kolom pencarian: “ustaz desah pedangdut.” Deretan video muncul, lengkap dengan potongan-potongan yang dipelintir. Komentar netizen tak kalah menyakitkan.

“Pantesan suaranya mendesah, ternyata ustaz bisa juga ya…”

“Wkwkwk... tengah jalan bro!”

“Gini nih muka dua. Ceramah iya, tapi…"

Melihat semua itu, Hafiz menarik napas panjang. Lalu dengan bantuan Doni, ia memutuskan membuat video klarifikasi. Dinding rumah jadi latar seadanya, dan Doni yang merekam.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh… Saya Ustaz Hafiz ingin mengklarifikasi..."

Dalam video itu Hafiz menjelaskan semua kejadian. Bahwa ia hanya menolong, lalu terluka, dan si pedangdut menolong balik. Ia tidak sedang melakukan perbuatan asusila, apalagi mendesah karena kenikmatan. Klarifikasinya ditutup dengan harapan agar masyarakat bisa lebih bijak dalam menerima informasi.

Video itu pun diunggah. Sebagian netizen mulai ragu.

“Kaya bukan video mesum sih, lebih mirip video salah paham.”

“Tapi tetep aja, belum mahram. Berdua itu dosa!”

“Ya Allah, netizen terlalu kejam.”

Namun belum genap sehari, klarifikasi Hafiz dipatahkan oleh video dari si pedangdut. Dalam videonya, perempuan itu menyatakan bahwa Hafiz membayar untuk dilayani. Video itu langsung viral dan memicu kembali gelombang komentar jahat.

“Anjir disewa ternyata…”

“Ustaz kok begini amat!”

“Calon penghuni neraka nih.”

Hafiz terpukul. Tidak percaya orang yang dia tolong malam itu  malah berbohong. Fitnah semakin menjadi-jadi. Bukan cuma warganet yang mencibir Hafiz, warga di desanya juga terus-terusan membicarakan dan menjelek-jelekkannya. Sekarang, Ustadz Hafiz bahkan dilarang mengisi pengajian di masjid sekitar. Mentalnya makin terpuruk karena komentar pedas dari warganet dan gunjingan warga yang tak ada habisnya. Sejak itu, Hafiz memilih untuk tidak keluar rumah. Ia yang dulu rajin salat berjamaah di masjid, kini hanya salat di rumah.

Hari demi hari berlalu. Pedangdut yang sedang viral itu justru makin sering muncul di televisi. Ucapannya yang disiarkan langsung membuat nama Ustadz Hafiz makin dibenci di media sosial. Tagar #UstadzNdesah jadi trending di mana-mana.

Di desa, situasinya juga makin buruk. Warga beramai-ramai mendesak Hafiz dan ibunya agar pergi dari desa. Mereka menuduh Hafiz sebagai ustadz yang suka berzina. Karena tekanan yang terus datang, Hafiz dan ibunya akhirnya memilih pergi meninggalkan desa.

Dua tahun berlalu. Hafiz tinggal di kota kecil lain bersama ibunya. Ia memulai hidup baru, meski bayang-bayang masa lalu tak pernah benar-benar hilang. Sesekali netizen masih meninggalkan komentar pedas di unggahan lamanya.

Suatu hari, sekelompok orang dari rumah produksi datang. Mereka ingin membeli hak cerita skandal Hafiz untuk difilmkan. Namun ketika Hafiz membaca naskahnya, ia tahu itu hanyalah sensasi palsu. Ia menolak.

Sebelum pergi, seorang kru melihat salib kecil tergantung di dinding rumah Hafiz.

“Wih, udah pezina, sekarang pindah agama. Logout dari agamanya sendiri,” gumam si kru sambil memotret diam-diam.

Tak lama kemudian, ibu pemilik rumah datang membawa belanjaan.

"Tumben, Cie. Lama banget belanjanya," sapa Hafiz sembari membantunya.

"Puji Tuhan, tadi ramai sekali, Hafiz. Banyak yang antre."

"Oh iya, Cie. Ini uang sewa bulan ini. Alhamdulillah, kemarin saya masih sempat ngisi pengajian."

"Xie xie, Hafiz."

Malamnya, ponsel Hafiz kembali bergetar. Ribuan komentar kembali membanjiri akunnya.

“Udah zina nggak ngaku, sekarang murtad!”

“Fix neraka tempatmu, Bro.”

“Mainin agama, mainin wanita. Ngeri…”

Komentar-komentar itu mengalir tanpa henti. Bak kereta api yang melaju tanpa rem. Dan di balik layar ponselnya, Hafiz hanya bisa memandangi layar, terdiam.

Entah sampai kapan dunia siber bisa berhenti menghakimi, dan mulai mencoba mengerti.entah sampai kapan pula jari jari netizen yang maha benar itu kembali senyap.

0 Comments


Type and hit Enter to search

Close